Senandika Amel

Meskipun rasanya berat, jika disyukuri akan menjadi hal yang paling menyenangkan untuk kau ceritakan kelak :) Menjadi dewasa menurutku bukan sesuatu yang menakutkan. Kerikil kecil hingga batu besar yang ada didepan kita, perlahan kita akan melewatinya. Entah dengan berjalan pelan diatasnya, melompatinya, atau mungkin terbang menembus lautan awan. ... Bulan Juli lalu, aku sempat bertemu dengan temanku setelah lama mengurung diri di dalam rumah akibat pandemi. Saling menatap dengan mata yang berbicara bahwa akan ada banyak hal untuk diceritakan. Senyum lebar menghiasi wajah kita seolah-olah menjadi senyuman terbaik selama ini. Rasanya hangat sedang memeluk diri kita. "Apa kabar, Mel?" "Bagaimana menurutmu?" "Hahaha meskipun sedang tidak baik-baik saja, kamu selalu berhasil menyembunyikan rasa sakit-sakit itu" "Sudah menjadi keahlian hahaha" Dalam diamku, aku hanya tidak ingin orang-orang ikut merasakan kesedihan yang sedang terjadi padaku. Segelas

Entah nanti jadi teman hidup atau pelajaran hidup, aku pasrah. Tahun ini boleh mengambil banyak hal dari hidupku, namun tahun ini tidak dapat mengambil kesungguhan sekecil apapun dari diriku. Hidup itu perkara memilih atau melindungi, tapi tak semuanya bisa dimiliki. Jika hari ini aku memilih untuk memiliki, tapi Tuhan belum merestui, ya tugasku hanya bisa melindungi hatimu lewat doa-doaku. Tentang rasa cukup, aku bersyukur bisa mengenalmu lebih dalam walau letaknya harus dari jauh. Sebenarnya kamu cukup mudah untuk dipahami, tapi aku yang tak cukup mampu menerima semua ini. Keras kepalaku yang sudah mendorongku sejauh ini. Keras kepala yang bisa membuatku cukup kuat bertahan sekokoh ini. Kamu punya banyak impian. Aku berusaha agar mengimbangi, mendampingi. Tapi saat aku mulai mengerti, impianmu berganti. Sepertinya aku yang belum cukup berada disampingmu. Entah aku yang salah tempat, atau aku datang disaat yang tidak tepat. Bahkan, kamu segan memberitahu sesuatu tentang banyak hal yan